In the development of science, some philosophers view of the truth only limit on logic or rational human being, but there is a larger space than the concentration of human logic, sometimes too freely in determining the truth. It is no good if the logic of science is not based on the values that must be adhered to, especially the spiritual. the author tries to review the position in the development of spiritual values to achieve a philosophical truth, using the Conceptual Approach. To sort out whether it is the content of knowledge, must originate in the theories of knowledge truth. Thinking is a human activity to find the truth. Order thinking discussed in a rational approach, using a specific sense to study the broadest philosophical. In this concept, the value could be in the position before thinking, in the sense of thinking as a foothold, could also be in a position after the thought, in the sense of thinking that will be used in any function. In the position before thinking, then the value will be conceptualized as the base method to be used for philosophizing is true. This is under the directive on religious truth. In the realm of religious truth, the principles that are perceived as spiritual. As being a seeker of truth, man can seek and find the truth through religion. Not only boxed in on the study, which is a particular religion, but appears to be a universal truth. A. Pendahuluan Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani "philosophia" dari kata "philos" artinya cinta dan "Sophia" artinya pengetahuan yang bijaksana. Manakala seandainya jika disepakati dengan suatu konsep bahwa filsafat adalah induk dari segala ilmu pengetahuan. 1 Perkembangan Filsafat dalam konteks ilmu pengetahun tidak terlepas dari berbagai pendapat yang mengkonsepkan bagian-bagian dalam kajiannya. Filsafat dikatakan sebagai mother of science-induk dari segala ilmu pengetahuan. Dalam perkembangannya melahirkan cabang-cabang ilmu, yang berkembang menjadi ranting-ranting ilmu, sub-ranting ilmu. Salah satu bagian terpentingnya bisa disebut dengan filsafat ilmu. Letak filsafat ilmu dalam perkembangannya juga tercatat sebagai awal mula perkembangan filsafat kearah logika dalam rangka mencari kebenaran. Kemudian dalam perkembangannya lagi ilmu menjadi semakin spesifik dan teknis yang bergerak sendiri-sendiri yang tidak saling menyapa. Dalam 1 Abdul Munir Mulkan, Paradigma Intelektual Muslim, Yogyakarta Sipress, 1993, Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free NILAI DALAM KEBENARAN YANG HAKIKI Pengembangan Ilmu Berbasis Nilai Spiritual Sinung Mufti Hangabei Universitas Muhammadiyah Bengkulu sinungmufti Abstract In the development of science, some philosophers view of the truth only limit on logic or rational human being, but there is a larger space than the concentration of human logic, sometimes too freely in determining the truth. It is no good if the logic of science is not based on the values that must be adhered to, especially the spiritual. the author tries to review the position in the development of spiritual values to achieve a philosophical truth, using the Conceptual Approach. To sort out whether it is the content of knowledge, must originate in the theories of knowledge truth. Thinking is a human activity to find the truth. Order thinking discussed in a rational approach, using a specific sense to study the broadest philosophical. In this concept, the value could be in the position before thinking, in the sense of thinking as a foothold, could also be in a position after the thought, in the sense of thinking that will be used in any function. In the position before thinking, then the value will be conceptualized as the base method to be used for philosophizing is true. This is under the directive on religious truth. In the realm of religious truth, the principles that are perceived as spiritual. As being a seeker of truth, man can seek and find the truth through religion. Not only boxed in on the study, which is a particular religion, but appears to be a universal truth. Keywords Value, Truth, Spiritual. A. Pendahuluan Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani “philosophia” dari kata “philos” artinya cinta dan “Sophia” artinya pengetahuan yang bijaksana. Manakala seandainya jika disepakati dengan suatu konsep bahwa filsafat adalah induk dari segala ilmu Filsafat dalam konteks ilmu pengetahun tidak terlepas dari berbagai pendapat yang mengkonsepkan bagian-bagian dalam kajiannya. Filsafat dikatakan sebagai mother of science - induk dari segala ilmu pengetahuan. Dalam perkembangannya melahirkan cabang-cabang ilmu, yang berkembang menjadi ranting-ranting ilmu, sub-ranting ilmu. Salah satu bagian terpentingnya bisa disebut dengan filsafat ilmu. Letak filsafat ilmu dalam perkembangannya juga tercatat sebagai awal mula perkembangan filsafat kearah logika dalam rangka mencari kebenaran. Kemudian dalam perkembangannya lagi ilmu menjadi semakin spesifik dan teknis yang bergerak sendiri-sendiri yang tidak saling menyapa. Dalam Abdul Munir Mulkan, Paradigma Intelektual Muslim, Yogyakarta Sipress, 1993, 2 perkembangannya banyak sekali permasalahan mendasar muncul yang menyebabkan ilmu semakin jauh dari hakekatnya. Kaelan dalam tulisannya menjelaskan filsafat mempunyai dua pengertian Pertama filsafat sebagai produk mengandung arti filsafat sebagai jenis ilmu pengetahuan, konsep-konsep, teori, sistem aliran yang nerupakan hasil proses berfilsafat. Kedua filsafat sebagai suatu proses dalam hal ini filsafat diartikan sebagai bentuk aktivitas berfilsafat sebagai proses pemecahan masalah dengan menggunakan cara dan metode dasarnya filsafat dapat dibagi menjadi tiga garis besar yaitu teori pengetahuan epistemologi, teori hakikat ontology, dan teori nilai aksiologi. Menurut beberapa ahli ketiga bidang filsafat tersebut secara terperinci dapat dibagi lagi berdasarkan pembahasannya yaitu 1. Bidang ontology mempermasalahkan a. Apakah hakikat yang ada being, sein b. Apakah yang ada itu sesuatu yang tetap, abadi atau terus menerus berubah c. Apakah yang ada itu sesuatu yang abstrakuniversal atau yang konkrit individual. 2. Bidang epistemoligi mempermasalahkan a. Apakah sarananya dan bagaimana caranya untuk mempergunakan sarana itu guna mencapai pengetahuan, kebenaran atau kenyataan akal, akal budi, atau kombinasinya. b. Apakah tolak ukur bagi sesuatu yang dinyatakan sebagai yang benar dan yang nyata yang terus menerus dicari oleh ilmu pengatahuan. 3. Bidang aksiologi mempermasalahkan a. Nilai dan norma b. Apa makna dan tujuan hidup ini dan nilai-nilai mana yang secara imperatif harus dipenuhi. Membuat jarak antara ilmu keagamaan dan ilmu sekuler akan menyeret kewilayah pembenaran dikotomisme ilmu pengetahuan yang sesungguhnya tidak ada dalam kamus Islam. Krisis masyarakat barat yang dianggap sebagai kegagalan peradaban modern karena pemikiran modern telah memisahkan spiritualisme dengan segala aspeknya dalam satu kesatuan kehidupan dan pembangunan peradaban Encyclopedia of Philosophy, pengetahuan didefinisikan sebagai kepercayaan yang benar knowledge is justified true belief. Pengetahuan itu harus benar, kalau tidak benar maka bukan pengetahuan tetapi kekeliruan atau kontradiksi. Pengetahuan merupakan hasil suatu proses atau pengalaman yang sadar. Kaelan, Pancasila Yuridis Kenegaraan, Liberty, Yogyakarta, 1987, hlm. 6-7 Absori, Materi Kuliah Filsafat Ilmu, Program Doktor Ilmu Hukum Univeritas Muhammadiyah Suarakarta, 2016 Slamet Ibrahim, Pengetahuan Dasar Tentang Filsafat Ilmu dan Pengetahuan, Institut Teknik Bandung, Bandung, 2008 3 Pengetahuan knowledge merupakan terminology generic yang mencakup seluruh hal yang diketahui manusia. Dengan demikian pengetahuan adalah kemampuan manusia seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pengamatan, dan intuisi yang mampu menangkap alam dan kehidupannya serta mengabstraksikannya untuk mencapai suatu tujuan. Dalam pengembangan ilmu, beberapa pandangan filusuf tentang kebenaran hanya membataskan pada logika/rasional manusia, padahal ada ruang yang lebih besar dibandingkan pemusatan logika manusia yang terkadang terlampau bebas dalam menentukan kebenaran. Tidaklah menjadi baik, apabila logika keilmuan tidak didasarkan pada nilai-nilai yang harus dipatuhi, terutama nilai yang bersifat spiritual. Apakah manusia dengan penalaran tinggi lalu makin berbudi atau sebaliknya makin cerdas maka makin pandai pula berdusta. Oleh karena itu perlu ditetapkan pola pikir yang tepat menuju kebenaran yang hakiki. Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis mencoba mengkaji kedudukan nilai spiritual dalam pengembangan ilmu guna mencapai kebenaran yang hakiki. B. Metode Penelitian Metodologi penelitian merupakan ilmu yang mempelajari tentang metoda-metoda penelitian, ilmu tentang alat-alat dalam penelitian. Di lingkungan filsafat, logika dikenal sebagai ilmu tentang alat untuk mencari kebenaran. Bila ditata dalam sistematika, metodologi penelitian merupakan bagian dari penulisan makalah ini, penulis mencoba mengkaji pengembangan ilmu berbasis nilai spiritual dalam rangka mencapai kebenaran hakiki dengan mengunakan Pendekatan Konseptual. Subjek penelitian singkat dalam paper ini adalah mengenai konsep-konsep pemikiran dalam filsafat ilmu terutama yang concern terhadap orientasi kebenaran yang bersifat spiritual. Data atau bahan yang dikaji adalah data kepustakaan. Agar dapat memberikan interpretasi tepat mengenai pemikiran ahli atau tokoh tersebut, maka konsep-konsep pemikiran dalam filsafat ilmu tersebut dikaji menurut keselarasannya satu sama lain. Selanjutnya ditetaptkan pemikiran yang mendasar guna mencari konsep yang tepat guna menjawab permasalahan yang dikaji dalam makalah atau paper ini. C. Hasil dan Pembahasan Banyak ilmuwan yang sepakat, bahwa ilmu selalu tersusun dari pengetahuan secara teratur, yang diperoleh dengan pangkal tumpuan objek tertentu dengan sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum, dan akumulatif. Pengertian pengetahuan sebagai istilah filsafat tidaklah sederhana karena bermacam-macam pandangan dan teori epistimologi, diantaranya pandangan Aristoteles, bahwa pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang budi. Menurut Decartes ilmu pengetahuan merupakan Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif Pendekatan Positivistik, Rasionalistik, Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik Telaah Studi Teks dan Penelitian Agama Edisi III, Rake Sarasin, Yogyakarta, 1996, Hlm. 4 4 serba budi; oleh Bacon dan David Home diartikan sebagai pengalaman indera batin; menurut Immanuel Kant pengetahuanmerupakan persatuan antara budi dan pengalaman. Dan teori Phyroo mengatakan, bahwa tidak ada kepastian dalam pengetahuan. Dari berbagai macam pandangan tentang pengetahuan diperoleh sumber-sumber pengetahuan berupa ide, kenyataan, kegiatan akal-budi, pengalaman, sintesis budi, atau meragukan karena tidak adanya sarana untuk mencapai pengetahuan yang Ilmiah atau Ilmu Science pada dasarnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan sehari-hari yang dilanjutkan dengan suatu pemikiran cermat dan seksama dengan menggunakan berbagai metode. Untuk membuktikan apakah isi pengetahuan itu benar, perlu berpangkal pada teori-teori kebenaran pengetahuan. Teori pertama bertitik tolak adanya hubungan dalil, di mana pengetahuan dianggap benar apabila dalil proposisi itu mempunyai hubungan dengan dalil proposisi yang terdahulu. Kedua, pengetahuan itu benar apabila ada kesesuaian dengan kenyataan. Teori ketiga menyatakan, bahwa pengetahuan itu benar apabila mempunyai konsekuensi praktis dalam diri yang mempunyai pengetahuan ilmu akan berhadapan dengan objek yang merupakan bahan dalam penelitian, meliputi objek material sebagai bahan yang menjadi tujuan penelitian bulat dan utuh, serta objek formal, yaitu sudut pandangan yang mengarah kepada persoalan yang menjadi pusat perhatian. Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan objektif diperlukan sikap yang bersifat ilmiah. Bukan membahas tujuan ilmu, melaikan mendukung dalam mencapai tujuan dari ilmu itu sendiri, sehingga benar-benar objektif, terlepas dari prasangka pribadi yang bersifat subjektif. Terlepas dari itu semua, dalam memahami dan menemukan kebenaran ilmu harus dikembangkan dalam koridor sipritual. Nilai yang dikonsepsikan berada pada dimensi transendetal harus ikut ambil bagaian dalam perwujudan kebenaran ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan. Menurut Suhirman Djirman untuk memahami hidup dan kehidupan peradaban manusia yang komplek ilmu pemikiran manusia perlu dikonstruksi ulang dengan pendekatan merupakan suatu aktifitas manusia untuk menemukan kebenaran. Perintah berfikir dijelaskan dalam pendekatan rasional, dengan menggunakan akal pikiran yang secara spesifik menjadi kajian filosofis dengan seluas-luasnya, jika dirujuk pada Al-Qur’an, secara etimologis, istilah aql, akal, dalam beragam bentuknya terulang sebanyak 49 semua kata yang terbentuk dari aql, dalam Al-Qur’an ditemukan dalam bentuk kata kerja. Ini artinya, Allah Ilmu Pengetahuan , Teknologi, dan Kemiskinan, Hlm. 187-188 Absori, Materi Kuliah Filsafat Ilmu, Program Doktor Ilmu Hukum Univeritas Muhammadiyah Suarakarta, 2016 Ali Audah, Konkordansi Quran, Mizan, Bandung, 1997, hlm. 644-645 dalam Zaprulkhan, Filsafat Ilmu Sebuah Pendekatan Tematik, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 66 5 sangat mengutamakan akal pikiran pada hamba-hamba-Nya dan lebih dari itu, akal pikiran harus senantiasa digunakan secara aktif agar mernafaat dan tidak dilihat dari berbagai pendapat filusuf tentang kebenaran maka salah satu bagiannya adalah teori kebenaran agama. Dalam Teori Kebenaran Agama digunakan wahyu yang bersumber dari Tuhan. Sebagai makluk pencari kebenaran, manusia dapat mencari dan menemukan kebenaran melalui agama. Dengan demikian, sesuatu dianggap benar bila sesuai dan koheren dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak. Agama dengan kitab suci dan haditsnya dapat memberikan jawaban atas segala persoalan manusia, termasuk kebenaran. Teori Korespondensi milik Plato, Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaras dengan realitas, yang serasi dengan situasi aktual. Dalam Teori Koherensi Socrates, sesuatu pernyataan dianggap benar, jika pernyataan itu dilaksanakan atas petimbangan yang konsisten dan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya. Suatu teori dianggap benar apabila telah dibuktikan justifikasi benar dan tahan uji testable. Kalau teori ini bertentangan dengan data terbaru yang benar atau dengan teori lama yang benar, maka teori itu akan gugur atau batal dengan sendirinya. Dan terakhir ada Teori pragmatism the pragmatic theory of truth yang dikembangkan oleh John Dewey, yang menganggap suatu pernyataan, teori atau dalil itu memiliki kebenaran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan Ahmad Tafsir dalam kerangka berfikir ilmiah diuraikan sebagai berikuta. Yang logis ialah yang masuk akal b. Yang logis itu mencakup yang rasional dan supra-rasional c. Yang rasional ialah yang masuk akal dan sesuai dengan hukum alam d. Yang supra-rasional ialah yang masuk akal sekalipun tidak sesuai dengan hukum alam. e. Istilah logis boleh dipakai dalam pengertian rasional atau dalam pengertian supra rasional. Sebagaimana pendapat Noeng Muhadjir, eksistensi kebenaran dalam aliran filsafat yang satu berbeda dengan aliran filasafat lainnya. Positivisme hanya mengakui kebenaran yang dapat ditangkap secara langsung atau tak langsung lewat indra. Idealisme hanya mengakui kebenaran dunia ide, materi itu hanyalah bayangan dari dunia ide. Sedangkan Islam berangkat dari eksistensi kebenaran bersumber dari Allah Swt. Wahyu merupakan eksistensi kebenaran yang mutlak benar. Eksisitensi wahyu merupakan kebenaran mutlak, epistemologinya yang Zaprulkhan, Filsafat Ilmu Sebuah Pendekatan Tematik, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 67 Dalam teori tersebut ada 4 teori kebenaran yaitu teori Korespondensi, Teori Koherensi, Teori Pragmatisme, dan Teori Kebenaran Illahiah atau agama. Slamet Ibrahim, Materi Pengetahuan Dasar Tentang Filsafat Ilmu dan Pengetahuan, ITB, Bandung, 2008 Ahmad Tafsir, Filasafat Ilmu, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 17 6 perlu dibenahi, juga model logika pembuktian kebenarannya. Model logika yang dikembangkan di dunia Islam adalah logika formal Aristoteles dengan mengganti pembuktian kebenaran formal dengan pembuktian materil atau substansial, dan pembuktian kategorik dengan pembuktian ialah sesuatu yang sahnya atau berlakunya mengatas dari pendapat, pandangan, perasaan, atau kemauan seseorang, mengatas dari psikologi subjektif, dan tak bergantung kepadanya. Jika yang dianggap benar hanya berdasarkan keadaan psikologi-subjektif seseorang, yakni yang berguna bagi kepentinganya sendiri, maka jelas kebenaran itu menjadi tak ada. Karena itu tidak mungkin orang menetapkan sesuka hatinya, apa kebenaran samasekali tak berdaya menghadapi kebenaran dalam hati, kita mungkin yakin bahwa kita dapat saja menolak atau menyangkalnya, akan tetapi kita tidak dapat mengubahnya. Kalau kebenaran tersebut dalam hati kita terima, tetapi menyusakan atau tak sedap dirasakan, maka direka-rekalah suatu kebenaran yang lebih berguna demi tercapainya hasrat dan tujuan kita. Akan tetapi kita telah berlaku tak adil terhadap diri sendiri, sehingga perbuatan seperti itu mempunyai kecenderungan merongrong atau melemahkan jiwa secara diam-diam tanpa kita Al-Qur’an Surat Al-Mu’minun ayat 71 2371 dijelaskan yang artinya “Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya kami Telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan Al Quran mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu”. Manusia membawa sejak lahir innate kata hati suara hati yang bersifat imperatif. Suara hati itu ialah suara yang selalu mengajak menjadi orang yang baik. Puncak kebaikan itu adalah Tuhan. Kembali pada teori Kebenaran Agama, bahwa guna memahami dan mengaktualisasikan nilai-nilai agama diperlukan model atau metode pemahaman yang tepat, jangan sampai pemahaman kebenaran tersebut menjadi terbalik. Sebagaimana integrasi ilmu dan nilai, menurut Ziauddin Sardar, yakni agar manusia dapat lebih arif dan bijak kepada alam, maka ilmu harus berpijak pada nilai yang berupa prinsip tauhid, prinsip khilafah dan amanat, dan prinsip integralistik yang dimaksud adalah model keilmuan yang disamping memiliki nilai dan ruh keislaman juga sekaligus relevan dengan kebutuhan umat Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu, Rake Sarasin, Yogyakarta, 2001 Soedewo Islam dan Ilmu Pengetahuan, Darul Kutubil Islamiyah, Jakarta, 2007, Hlm. 1-2 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Tahles Sampai Capra Pengantar kepada Filsafat untuk Mahasiswa Perguruan Tinggi, Rosda Karya, Bandung, 2000, hlm. 249. Absori, Materi Kuliah Filsafat Ilmu, Program Doktor Ilmu Hukum Univeritas Muhammadiyah Suarakarta, 2016 7 Islam dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan yang semakin teori tumbuh dan berkembang apa yang disebut dengan nilai-nilai sosial, yang dikonsepsikan sebagai nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. sebagai contoh, orang menganggap menolong memiliki nilai baik, sedang mencuri bernilai buruk. Nilai juga bisa diartikan sebagai pola keyakinan yang terdapat dalam sistem keyakinan suatu masyarakat tentang hal yang baik yang harus dilakukan dan hal buruk yang harus melihat pada terminologi aksiologi, maka akan ditemukan frasa axios yang menurut bahasa Yunani berarti nilai dan logos berarti teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Sebagaimana Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya, aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Dalam definisi yang hampir serupa bahwa aksiologi ilmu pengetahuan membahas nilai-nilai yang memberi batas-batas bagi pengembangan definisi tersebut, sebenarnya dapat dilihat bahwa melalui aksiologi dalam filsafat terlihat jelas bahwa manusia harus mepertimbangkan-mempertimbangkan menilai mengenai perbuatannya, atau dengan konsep lain nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai atau apa yang dikaji. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang normative, yaitu suatu kondisi yang melibatkan norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya. Dalam konsep penulis, nilai ini bisa berada pada posisi sebelum berfikir, dalam arti sebagai pijakan berfikir, juga bisa berada pada posisi setelah hasil berfikir, dalam arti hasil berfikir tersebut akan digunakan dalam fungsi apa. M. Zainal Abidin, Filsafat Ilmu-Ilmu Keislaman Integralistik Studi Pemikiran Kuntowijoyo, Jurnal Ilmiah Ilmu Ushuluddin Vol. 13, No. 2, Juli 2014, Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, IAIN Antasari Banjarmasin, hlm. 120 Nurul Zuriah, Pendidikan Moral Dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2008, Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan. 2003. Hlm. 234 Kamus Besar Bahasa Indonesia Ihsan Fuad, Filsafat Ilmu, Jakarta, Rineka Cipta, 2010, Hlm. 231 8 Pada posisi sebelum berfikir, maka nilai akan di konsepkan sebagai pangkal metode yang harus digunakan agar tujuan dalam berfilsafat itu benar. Hal ini sesuai dengan patokan pada kebenaran agama. Konsep tersebut seperti bangunan ilmu integralistik Kuntowijoyo, yang berangkat dari paradigma Islam sebagai pijakan, melalui proses yang disebut pengilmuan Islam. Pengilmuan Islam bertitik tolak dari Islam itu sendiri, yakni al-Qur’an sebagai basis pengembangan teori ilmu. Gagasan ini oleh Kuntowijoyo dipandang sebagai antitesis dari Islamisasi ilmu, sebuah proyek intelektual dari Barat ke dunia Islam, sedangkan pengilmuan Islam merupakan proyek intelektual dari dalam Islam ke dunia menegaskan bahwa sejatinya kebenaran itu apa yang datang dari Tuhan. Dengan bahasa lain, yakni teks wahyu Al-Qur’an yang disampaikan oleh Tuhan kepada baginda Nabi saw. Teori kebenaran menurut Kunto merupakan bagian dari akidah, karena ia termasuk hal-hal yang primer. Peradaban tauhid theocentric civilization bersandar pada ketentuan-ketentuan Tuhan untuk yang primer, selebihnya ada kebebasan penuh bagi kreativitas manusia untuk hal-hal yang sifatnya sekunder seperti urusan teknis, strukturasi politik, dan masalah ranah kebenaran agama, nilai dipersepsikan sebagai prinsip yang sifatnya spiritual. Sebagai makhluk pencari kebenaran, manusia dapat mencari dan menemukan kebenaran melalui agama. Bukan hanya terkotakkan pada bagian yang dikaji, yaitu agama tertentu, namun akan muncul kebenaran yang bisa bersifat universal. Prinsip-prinsip dalam kebenaran agama harus dianggap mutlak, sebagaimana kalimat pada paragraf sebelumnya yang menyatakan bahwa, Islam berangkat dari eksistensi kebenaran bersumber dari Allah SWT. Wahyu merupakan eksistensi kebenaran yang mutlak benar. Eksisitensi wahyu merupakan kebenaran mutlak. Maka tidak ada keraguan padanya. Mengkatualisasikan pendekatan spiritual ini, dapat diaplikasikan atau diimplementasikan dengan mencari-cari nilai-nilai yang tercermin dan telah dituliskan dalam kitab suci Al-Qur’an. Kebeneran mutlak menurut Popper berada pada dunia objektif; sedangkan menurut Noeng Muhadjir, kebenaran mutlak adalah milik Allah SWT. Dalam konteks berfikir Popper tugas kita berilmu pengetahuan adalah berupaya mendekati kebenaran mutlak yang berada pada dunia objektif diberangkatkan dari teori besar yang diasumsikan menyatakan dunia objektif yang teratur dan diuji dengan logika deduktif probailistik serta teknik uji lewat uji falsifikasi. Dalam konteks berfikir transendensi tersebut, Noeng Muhadjir berupaya mendekati kebenaran mutlak dengan metoda tematik atau tafsir maudhui, yaitu Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu Epistemologi, Metodologi, & Etika,Teraju, Jakarta, 2005. 9 dengan cara menghimpun nashdari Qur’an dan Hadits yang relevan dengan teori yang hendak upaya mengimplemantasikan pengilmuan Islam, Kuntowijoyo menawarkan dua langkah yang harus diambil, yakni integralisasi dan objektifikasi. Integralisasi adalah pengintegrasian kekayaan keilmuan manusia dengan wahyu petunjuk Allah dalam Al-Qur’an beserta pelaksanaannya dalam sunnah Nabi. Sementara, objektifikasi adalah menjadikan pengilmuan Islam sebagai rahmat untuk semua orang rahmatan lil’âlamîn.Kita harus menyakini bahwa dalam agama terdapat ilmu, begitu juga dalam berilmu sangat diperlukan agama. Hal ini sebagaimana pandangan Fazlur Rahman, bahwa dari sudut pandang Islam, ilmu sudah terkandung secara esensi dalam Al-Qur’an. Beragama berarti berilmu, dan berilmu berarti beragama. Karena itu tidak ada dikotomi antara agama dan sebagai kebenaran transendental memberikan ayat bukti, isyarah, hudan pedoman, dan/atau rahmah kepada hidup keseharian, manusia dalam berhubungan dengan alam, sesama manusia, dan dalam hubungan dengan Allah. Ilmu tanpa bimbingan wahyu hanya akan menyebabkan kerusakan yang dasyat. Oleh karena itu, ilmu dan Islam tidak bisa terlepas dari Sardar menguraikan, bahwa istilah yang paling tepat dalam mendefinisikan pengetahuan knowledge, menurut Islam, adalah al-ilm, yang memiliki dua komponen. Pertama, bahwa sumber asli seluruh pengetahuan adalah wahyu atau Al-Qur’an di sinilah terletak kebenaran absolut. Kedua, bahwa metode mempelajari pengetahuan yang sistematis dan koheren semuanya sama-sama valid; semuanya menghasilkan bagian dari satu kebenaran dan realitas, bagian yang sangat bermanfaat untuk memecahkan masalah yang sedang dalam kebenaran layaknya wahyu dalam ilmu, dalam berfikir diperlukan garis penuntun. Objek ilmu dalam epistimologi Islam tidak semata-mata realitas fisik, namun juga mengakui status ontologis dari hal-hal metafisik sebagi hal yang mungkin diketahui oleh manusia. Sumber-sumber ilmu dalam epistimologi Islam terdiri dari 1 wahyu, berupa Al-Qur’an dan Hadits Dalam Bukunya, Noeng Muhadjir menjelaskan bahwa paradigma tata fikir menata nash dengan pendekatan realisme metaphisik setidaknya dapat dipilih dengan dua model logika, yaitu logika dedukti probabilistik atau logika reflektif probabilistik. Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif Pendekatan Positivistik, Rasionalistik, Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik Telaah Studi Teks dan Penelitian Agama Edisi III, Rake Sarasin, Yogyakarta, 1996, M. Zainal Abidin, hlm. 126 Fazlur Rahman, Islam and Modernity, The University Chicago Press, Chicago, Hlm. 208. Dalam Zaprulkhan, Filsafat Ilmu Sebuah Pendekatan Tematik, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 87 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Dinar Dewi Kania, Objek Ilmu dan Sumber-Sumber Ilmu dalam Filsafat Ilmu Perspektif Barat dan Islam,Gema Insani, Jakarta, 2013. Hlm. 91 Baca Ziauddin Sardar – Dimensi Ilmiah al-ilm dalam Agung Prihantoro dan Fuad Arif F., 2000, Merombak Pola Pikir Intelektual Muslim Judul Asli Ziauddin Sardar Ed, Ilm and the Revival of Knowledge, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Hlm. 25 10 Rasulullah saw., 2 akal dan kalbu, dan 3 indera. Sedangkan memperoleh ilmu dalam Islam terkait erat dengan peran jiwa manusia dan diperoleh melalui beberapa sumber, yaitu persepsi indra, akal sehat ta’aqqul, dan intuisi serta berita yang benar khabar sadiq. Dalam epsitimologi Islam, wahyu Allah SWT., yang termaktub dalam Al-Qur’an dan Hadits merupakan sumber ilmu tertinggi sehingga nilai ilmiah scientific value dari wahyu harus diletakkan pada tempat yang mestinya dan tidak boleh diceraikan dari sains atau Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa nilai agama merupakan keharusan, dapat berupa suatu ide yang memberikan pedoman atau ukuran bagi manusia dalam hubungannya dengan Allah SWT, sesama manusia dan alam semesta. Dalam berfikir diperlukan metode serta pijakan yang benar, karena hakikat sebuah ilmu adalah mencari kebenaran. Jika pijakannya salah maka kebenaran tersebut hanya akan bersifat subjektif tidak objektif. Dalam hal ini agama dipersepsikan sebagai nilai penuntun dalam berfikir menuju kebenaran. Baik itu dengan metode integralistik, maupun dengan metode-metode lainnya. 11 DAFTAR PUSTAKA Abdul Munir Mulkan, 1993, Paradigma Intelektual Muslim, Yogyakarta, Sipress. Agung Prihantoro dan Fuad Arif F., 2000, Merombak Pola Pikir Intelektual Muslim Judul Asli Ziauddin Sardar Ed, Ilm and the Revival of Knowledge, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Ahmad Tafsir, 2000, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Tahles Sampai Capra Pengantar kepada Filsafat untuk Mahasiswa Perguruan Tinggi, Remaja Rosda Karya, Bandung. Ahmad Tafsir, 2009, Filasafat Ilmu, Remaja Rosdakarya, Bandung. Ali Audah, 1997, Konkordansi Quran, Mizan, Bandung. Dinar Dewi Kania, 2013, Objek Ilmu dan Sumber-Sumber Ilmu dalam Filsafat Ilmu Perspektif Barat dan Islam, Gema Insani, Jakarta. Ihsan Fuad, 2010, Filsafat Ilmu, Jakarta, Rineka Cipta. Jujun S. Suriasumantri, 2003, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Kaelan, 1987, Pancasila Yuridis Kenegaraan, Liberty, Yogyakarta. Kuntowijoyo, 2005, Islam Sebagai Ilmu Epistemologi, Metodologi, & Etika, Teraju, Jakarta. M. Zainal Abidin, 2014, Filsafat Ilmu-Ilmu Keislaman Integralistik Studi Pemikiran Kuntowijoyo, Jurnal Ilmiah Ilmu Ushuluddin Vol. 13, No. 2, Juli 2014, Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, IAIN Antasari Banjarmasin. Noeng Muhadjir, 2001, Filsafat Ilmu, Rake Sarasin, Yogyakarta. Noeng Muhadjir, 1996, MetodologiPenelitian Kualitatif Pendekatan Positivistik, Rasionalistik, Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik Telaah Studi Teks dan Penelitian Agama Edisi III, Rake Sarasin, Yogyakarta. Nurul Zuriah, 2008, Pendidikan Moral Dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan, Jakarta, PT Bumi Aksara. Slamet Ibrahim, 2008, Materi Pengetahuan Dasar Tentang Filsafat Ilmu dan Pengetahuan, ITB, Bandung. 12 Slamet Ibrahim, tt, Pengetahuan Dasar Tentang Filsafat Ilmu dan Pengetahuan, Institut Teknik Bandung, Bandung. Soedewo 2007, Islam dan Ilmu Pengetahuan, Darul Kutubil Islamiyah, Jakarta. Zaprulkhan, 2012, Filsafat Ilmu Sebuah Pendekatan Tematik, Raja Grafindo Persada, Jakarta. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this MuhadjirMetodologi Penelitian KualitatifNoeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif Pendekatan Positivistik, Rasionalistik, Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik Telaah Studi Teks dan Penelitian Agama Edisi III, Rake Sarasin, Yogyakarta, 1996, Pendekatan Tematik, Raja Grafindo PersadaDalam ZaprulkhanFilsafat IlmuDalam Zaprulkhan, Filsafat Ilmu Sebuah Pendekatan Tematik, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 87 30 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Dinar DewiDinar Dewi Kania, Objek Ilmu dan Sumber-Sumber Ilmu dalam Filsafat Ilmu Perspektif Barat dan Islam,Gema Insani, Jakarta, 2013. Hlm. 91Abdul Munir MulkanAbdul Munir Mulkan, 1993, Paradigma Intelektual Muslim, Yogyakarta, and the Revival of Knowledge, Pustaka PelajarAgung Prihantoro Dan Fuad ArifAgung Prihantoro dan Fuad Arif F., 2000, Merombak Pola Pikir Intelektual Muslim Judul Asli Ziauddin Sardar Ed, Ilm and the Revival of Knowledge, Pustaka Pelajar, Umum Akal dan Hati Sejak Tahles Sampai Capra Pengantar kepada Filsafat untuk Mahasiswa Perguruan TinggiAhmad TafsirAhmad Tafsir, 2000, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Tahles Sampai Capra Pengantar kepada Filsafat untuk Mahasiswa Perguruan Tinggi, Remaja Rosda Karya, FuadIhsan Fuad, 2010, Filsafat Ilmu, Jakarta, Rineka 1987, Pancasila Yuridis Kenegaraan, Liberty, AbidinM. Zainal Abidin, 2014, Filsafat Ilmu-Ilmu Keislaman Integralistik Studi Pemikiran Kuntowijoyo, Jurnal Ilmiah Ilmu Ushuluddin Vol. 13, No. 2, Juli 2014, Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, IAIN Antasari Moral Dan Budi Pekerti Dalam Perspektif PerubahanNurul Zuriah, 2008, Pendidikan Moral Dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan, Jakarta, PT Bumi Aksara.
Kesepuluh Sebagai kebenaran hakiki, Alquran adalah kitab yang mahaagung. Jika Alquran hanya milik Allah dan nabi-Nya sehingga manusia tidak bisa memahami maksud dan kebenaran Allah yang terdapat di dalamnya, ini artinya tidak ada sharing, tidak ada penurunan, atau ada penurunan namun sia-sia dari tuhan yang tidak bijaksana.Wallahualam bissawab dan Allah lebih mengetahui yang sebenar-benarnya. Seringkali kita terjebak pada situasi dimana terdapat lebih dari satu cara pandang dari suatu masalah. Masing-masing memiliki dalil atau dasar pemikiran yang sama-sama kuat dan dilandasi dengan berbagai macam contoh kejadian di masa lalu yang memperkuat pemikiran tersebut. Semakin kita merasa telah memahami suatu konsep pemikiran semakin kita yakin pada apa yang kita yakini benar. Sebagai orang yang beriman, sudah selayaknya keyakinan kita pada ajaran agama yang kita anut haruslah total dan terpelihara. Yang dimaksud terpelihara disini adalah apa yang kita lakukan hendaklah sesuai dengan apa yang diperintahkan dan diajarkan agama. Yang bisa menjadi masalah adalah ketika pemahaman dan cara pandang kita seringkali berbeda-beda berdasarkan apa yang kita lihat, rasakan dan alami yang akhirnya menjadi keyakinan yang kita pegang teguh. Disinilah masing-masing kita sebagai orang beriman harus lebih berhati-hati ketika mengatakan bahwa pemahaman kita adalah yang paling benar. Al Qur’an mengajarkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh manusia, baik dia seorang muslim maupun non muslim. Al Qur’an juga menyatakan bahwa Allah tidak memerlukan apapun dari makhluk ciptaannya. Dari sini kita bisa mengambil hikmah bahwa ternyata apa yang diperintahkan maupun dilarang oleh Allah melalui Al Qur’an maupun kitab-kitab sebelumnya adalah demi kebaikan manusia itu sendiri. Ketika menjalankan ajaran Al Qur’an sesuai pemahaman dan keyakinan yang timbul dari dalam diri kita maupun guru kita dan ketika ternyata hasilnya adalah sesuatu yang menimbulkan perdebatan dan bahkan perpecahan, akan lebih mulia di sisi Allah apabila masing-masing kita memilih bersabar dan kembali merenung dan melakukan introspeksi dibandingkan menempuh jalan kekerasan. Hal ini lebih mudah dilakukan apabila kita memegang prinsip bahwa hanya Allah yang maha benar dan manusia adalah makhluk-Nya yang cenderung pada khilaf dan kesalahan. Marilah kita sama-sama berlatih memelihara keimanan kita dan selalu ber-istghfar ketika kita merasa yang paling benar, karena kebenaran hakiki hanya milik Allah sang pencipta. Wallahualam bissawab.
Makatentunya hanya Allah sajalah yang tahu bagaimana manusia seharusnya hidup, untuk apa dia hidup, serta apa tujuan dia hidup. Semua itu telah diatur oleh Allah, manusia hanya cukup bersandar serta mentaatinya saja. Akhi dan ukhti sekalian, sekali lagi saya katakan, inilah sebuah konsep kebenaran yang hakiki.
Dan Kami tidak menciptakan langit dan Bumi serta apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan kebenaran. Dan sungguh, kiamat pasti akan datang, maka maafkanlah mereka dengan cara yang baik. [ Al-Hijr 1585] Allah adalah pencipta segala sesuatu. Dia menciptakan segala sesuatu menurut ukuran-Nya dan ciptaan-Nya tersebut pasti membawa kebenaran, kebaikan dan bermanfaat bagi semua makhluk hidup yang hidup dan tinggal di muka bumi ini. Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dengan membawa kebenaran. Dan kita pun meyakini dan bersaksi bahwa Al-Qur’an itu memang datangnya dari Allah dengan jelas, yaitu menjelaskan tentang yang benar haq dan salah batil. QS. An-Nisa’ 4 170 Wahai manusia! Sungguh, telah datang Rasul Muhammad kepadamu dengan membawa kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah kepadanya, itu lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, itu tidak merugikan Allah sedikit pun karena sesungguhnya milik Allah-lah apa yang di langit dan di bumi. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana. Matahari, bulan dan bintang-bintang yang kita saksikan atau syahadatkan sehari-hari adalah benda-benda yang ada di langit. Mereka dapat kita lihat menurut sudut pandang dimana orang tersebut berada dan dibatasi ruang dan waktu saat melihatnya. Sesuai judul di atas, bahwasannya kebenaran hanyalah milik Allah semata dan kita menyaksikan kebenaran yang DIA hamparkan, hanya menurut sudut pandang manusia saja yang sangat-sangat terbatas. Kita butuh sudut pandang orang lain dalam memahami kebenaran. Tonton Juga Videoklip Ini Apakah yang kita saksikan saat ini terhadap matahari, bulan dan bintang adalah kebenaran yang sama dengan orang lain di waktu yang sama dan lokasi yang berbeda? Matahari dapat kita lihat jelas saat terbit dan terbenam saja. Pada saat siang hari saat matahari berada tepat di atas kepala kita, ia tidak dapat kita lihat secara langsung dengan mata telanjang karena dapat membutakan, tetapi kita membutuhkan media lain seperti air jika ingin melihat matahari di siang hari. Jika kondisi matahari terbenam di ufuk barat dan hari berganti menjadi malam di belahan bumi Indonesia, apakah matahari bisa kita lihat saat itu? Tentu saja kita tidak bisa melihatnya. Lalu siapakah yang dapat melihat matahari pada malam hari? Coba anda hubungi teman anda yang berada di Amerika melalui video call dimana perbedaan waktu dengan Indonesia selama 12 jam. Waktu di Amerika saat itu menunjukkan jam 6 pagi, lalu minta teman anda mengarahkan smartphone-nya ke arah timur saat matahari terbit, tentu saat itu kita bisa menyaksikan matahari secara real time online. Ya, kita butuh berkolaborasi dengan orang lain dalam memahami kebenaran. Belum tentu yang kita anggap benar saat ini di waktu yang bersamaan merupakan kebenaran yang sama bagi orang lain yang berbeda lokasi saat melihat matahari. Tetapi kebenaran tentang matahari adalah dapat dilihat saat ia terbit sampai dengan terbenam saja dengan rentang waktu dari jam 6 pagi sampai jam 6 petang. Itulah yang dinamakan kebenaran. Baca Juga Tulisan Ini 360 Derajat Jika malam hari tentu saja bukan merupakan kebenaran jika anda katakan dapat melihat matahari saat itu. Tetapi anda bisa menyaksikan kebenaran lainnya yang Dia ciptakan dan beredar mengelilingi bumi, yaitu bulan. Ya, bulan secara langsung hanya memantulkan sinar matahari saat kita memandang penampakkannya dari fase-fase atau wajah-wajah bulan dalam sebulan. Selain bulan, pada malam hari pun kita dapat melihat kebenaran yang Dia perlihatkan kepada para pengamat yang bernama manusia dari muka bumi yaitu milyaran bintang-bintang yang berkelap-kelip di angkasa yang luas. Bintang-bintang juga dinamakan sebagai matahari karena punya sumber energi seperti matahari di tata surya kita. Disebut sebagai bintang karena bintang-bintang tersebut berada di luar tata surya kita dengan jumlah yang sangat banyak. Adakah bintang-bintang dapat kita saksikan pada siang hari? Ya ada, tetapi tidak terlihat. Lalu kenapa bintang-bintang tidak dapat terlihat pada siang hari? Ya, karena terhalang oleh sinar matahari yang intensitas cahayanya sangat kuat dan menyilaukan mata. Itulah yang dinamakan kebenaran tentang bintang-bintang dimanapun manusia berada, asalkan dilihatnya pada malam hari. Tonton Juga Videoklip Ini Jangan sampai kita hanya mengikuti ego berupa dugaan menurut sudut pandang kita yang sempit dan sangat terbatas serta tidak memperhatikan tanda-tanda kebesaran-Nya secara menyeluruh holistik. Dugaan yang batil tersebut tidak dapat mengalahkan kebenaran yang haq dari-Nya. QS. Yunus 10 36 Dan kebanyakan mereka hanya mengikuti dugaan. Sesungguhnya dugaan itu tidak sedikit pun berguna untuk melawan kebenaran. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. QS. Al-Anbiya 21 18 Sebenarnya Kami melemparkan yang hak kebenaran kepada yang batil tidak benar lalu yang hak itu menghancurkannya, maka seketika itu yang batil lenyap. Dan celaka kamu karena kamu menyifati Allah dengan sifat-sifat yang tidak pantas bagi-Nya. Demikianlah Allah membuat perumpamaan tentang yang benar haq dan yang salah batil. Dan tidak ada yang dapat memahami perumpamaan tersebut kecuali bagi orang-orang yang mau memikirkan dan mengambil pelajaran. QS. Ar-Ra’d 13 19 Maka apakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan Tuhan kepadamu adalah kebenaran, sama dengan orang yang buta? Hanya orang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran, Baca Juga Tulisan Ini Hidup adalah Proses Belajar dan Mengajar Hingga Akhir Hayat Semoga bermanfat. Wallahu a’lam bishshawab. Salam hangat, Hendro Noor Herbanto Penulis buku “Arti Kehidupan” Komposer Pencipta Lagu Penyanyi Kreator Konten Digital Marketeer Untuk pemesanan buku “Arti Kehidupan”, sila hubungi 08128111963 atau klik link WhatsApp berikut ArtiKehidupan benar salah allah renungan hikmah manfaat motivasi hidup mati proses belajar baca buku book love life movie music piano puasa ramadhan Tonton Juga Videoklip Ini